SELAMAT SORE, kali ini admin akan bahas tentang pembunuhan tragis dubes Rusia.
Pembunuhan Duta Besar Rusia untuk Turki, Andrey Karlov disebut-sebut memiliki sejumlah kemiripan dengan pembunuhan Franz Ferdinand von Habsburg, pewaris takhta kekaisaran Austria-Hungaria. Kematian Ferdinand diklaim sebagai salah satu pemicu lahirnya Perang Dunia I.
Ferdinand tewas di Sarajevo pada tanggal 28 Juni 1914. Penembaknya adalah Gavrilo Princip, seorang anggota 'Black Hand', kelompok yang berharap menyatukan negara-negara Yugoslavia di bawah satu pemerintahan.
BACA JUGA
Pasca-Dubes Rusia Ditembak, Pria Mencurigakan Dekati Kedubes AS
Erdogan Panik Kala Mengabarkan Dubes Rusia Ditembak kepada Putin
Dubes Rusia Ditembak, Kemlu AS Peringatkan Warga Jauhi Kedutaan
Kematian Ferdinand dengan cepat memicu krisis diplomatik. Karena belitan aliansi, satu bulan pasca-penembakan, konflik menyebar ke penjuru dunia.
Setelah Austria-Hungaria menyatakan perang terhadap Serbia, Jerman pun melibatkan diri.
Dari sisi Serbia, perang ikut menyeret Triple Entente yang terdiri dari Rusia, Prancis, dan Inggris. Perang Dunia I yang menewaskan 16 juta orang termasuk di antaranya 7 juta warga sipil pun meletus.
Sementara itu, Dubes Karlov ditembak mati oleh Mevlut Mert Altintas ketika tengah menghadiri pembukaan sebuah pameran foto di Ankara, Turki.
Salah satu kemiripan yang mencolok adalah soal pelaku penembakan. Baik Princip mau pun Altintas sama-sama masih berusia muda. Princip disebut berumur 19 tahun saat menjalankan aksinya, sementara Altintas 22 tahun.
Kedua pemuda ini, sama-sama menunjukkan diri sebagai pembunuh profesional. Princip disebut menembak Ferdinand dari jarak dekat dan upayanya ini bukan yang pertama karena sebelumnya, kelompok 'Black Hand' sudah berusaha melempar granat tangan ke iring-iringan Ferdinand, namun gagal.
Pada kasus penembakan Karlov, seorang saksi mata mengatakan, Altintas melepaskan tembakan bak seorang pembunuh berdarah dingin. Ia begitu tenang.
"Dia (Altintas) mengatakan tidak akan meninggalkan tempat ini hidup-hidup," ujar saksi tersebut kepada televisi CNNTurk seperti dikutip dari
Express.co.uk, Selasa (20/12/2016).
Princip tercatat sebagai salah satu dari tujuh anggota komplotan militer Serbia yang dipimpin oleh Kepala Intelijen Militer Serbia, Dragutin Dimitrijeviv. Pemuda itu dilatih mengoperasikan bom dan senjata oleh Vojislav Tankosic, tangan kanan Dimitrijeviv.
Menurut Express.co.uk, terdapat laporan yang menunjukkan bahwa Altintas kemungkinan didukung oleh gerakan anti rezim-Suriah. Meski kabar terkait ini belum dikonfirmasi.
Hal lain yang juga mirip dalam kasus keduanya adalah sama seperti Karlov, jelang kematiannya, Ferdinand juga mengunjungi sebuah acara kesenian. Ia bersama sang istri, Sophie diketahui pergi ke Sarajevo untuk menghadiri pembukaan museum negara.
Pasangan ini diketahui menumpangi sebuah mobil atap terbuka sebelum akhirnya di sebuah persimpangan jalan Princip melepas dua tembakan fatal. Satu peluru menghantam Ferdinand sementara satunya lagi mengenai Sophie.
"Saya seorang nasionalis Yugoslavia, bertujuan untuk menyatukan seluruh Yugoslavia, dan aku tidak peduli apa pun bentuk negaranya, namun apa pun itu harus dibebaskan dari Austria," kata Princip selama persidangan seperti dikutip dari Heavy.
Archduke Franz Ferdinand
Princip dijatuhi hukuman 20 tahun penjara, namun ia menderita TBC saat berada di penjara dan dilaporkan meninggal dunia pada usia 23 tahun. Ia meninggal pada April 1918, beberapa bulan sebelum Perang Dunia I berakhir, yakni pada 11 November 1918.
Copas By liputan.
Thangks to PRILY
Comments
Post a Comment